Bisnis adalah bisnis. Mitos bisnis amoral mengungkapakan sesuatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungannya sama sekali. Bisnis tidak mempunyai sangkut paut dengan etika dan moralitas. Keduanya adalah dua bidang yang terpisah satu sama lain. Karena itu bisnis tidak boleh dinilai dengan menggunakan norma- norma dan nilai- nilai etika. Bisnis dan etika adalah dua hal yang sangat berbeda dan tidak boleh dicampuradukkan. Bisnis hanya dinilai dengan kategori dan norma- norma bisnis dan bukan dengan kategori dan norma- norma etika.
Kegiatan orang bisnis adalah melakukan bisnis sebaik mungkin untuk mendapatkan keuntungan, maka yang menjadi pusat perhatian orang bisnis adalah bagaimana memproduksi, mengedarkan, menjual, dan memperoleh keuntungan. Tujuan satu- satunya dari bisnis adalah mendatangkan keuntungan sebesar- besarnya. Atas dasar ini muncul beberapa argumen yang pada dasarnya mau memperlihatkan bahwa antara bisnis dan etika tidak ada hubungannya sama sekali.
Pertama, seperti halnya judi atau permainanpada umumnya, bisnis adalah sebuah bentuk persaingan(yang mengutamakan kepentingan pribadi). sebagai sebuah bentuk persaingan semua orang yang terlibat didalamnya selalu berusaha dengan segala macam cara dan upaya untuk bisa menang. Dengan kata lain bisnis, sebagaiman permainan penuh dengan persaingan yang ketat. Denagn menghalalkan segala cara, yang paling utama bagi orang bisnis adalah bagaimana bisa menang. Itu berarti etikatidak punya tempatdan tidak relevan untuk kegiatan bisnis.
Kedua, aturan yang dipakai dalam permainan penuh persaingan itu berbeda dari aturan yang ada dan dikenal dalam kehidupan sosial pada umumnya. Karena itu bisnis tidak bisa dinilai dengan aturan moral dan sosial.
Ketiga, orang bisnis yang masih mau mematuhi aturan moral akan ada dalam posisi yang tidak menguntungkan ditengah persaingan ketat tersebut. Orrang yang masih memperhatikanetika dan moralitasakan kalah, merugi, dan tersingkir dengan sendirinya.
Kesimpulannya, bisnis dan etika adlah dua hal dua hal yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Bahkan sebagaimana diungkapakan salah satu argumen diatas, etika justru bertentangan dengan bisnis yang ketat. Maka orang bisnis tidak perlu memperhatikan imbauan-imbauan, norma- norma, dan nilai- nilai moral. Kegiatan bisnis adalah kegiatan manusia bisnis dan memang tepat pada tempatnya untuk dinilai dari sudut pandang baik buruknya tindakan manusia, persis sama seperti semua kegistan manusia lainnya juga dinilai dari sudut pandang amoral.
Iklim bisnis dewasa ini menuntut para pelaku bisnis untuk mampu mengelola bisnisnya sosial yang tanggap dalam relasi terhadap kebutuhan dan tanggapan masyarakat. Ada kesadaran yang semakin kental bahwa kalau mau berhasil, orang bisnis harus tanggap pada kebutuhan masyarakat. Atas dasar ini bisnis yang berhasil juga sebagian besar ditentukan dan diukur berdasarkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat itu, termasuk nilai dan norma moral. Sasaran dari etika bisnis yang jarang disinggung adalah untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh, karyawan, dan masyarakat. Pada tingkat etika bisnis ini berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat.
Kegiatan orang bisnis adalah melakukan bisnis sebaik mungkin untuk mendapatkan keuntungan, maka yang menjadi pusat perhatian orang bisnis adalah bagaimana memproduksi, mengedarkan, menjual, dan memperoleh keuntungan. Tujuan satu- satunya dari bisnis adalah mendatangkan keuntungan sebesar- besarnya. Atas dasar ini muncul beberapa argumen yang pada dasarnya mau memperlihatkan bahwa antara bisnis dan etika tidak ada hubungannya sama sekali.
Pertama, seperti halnya judi atau permainanpada umumnya, bisnis adalah sebuah bentuk persaingan(yang mengutamakan kepentingan pribadi). sebagai sebuah bentuk persaingan semua orang yang terlibat didalamnya selalu berusaha dengan segala macam cara dan upaya untuk bisa menang. Dengan kata lain bisnis, sebagaiman permainan penuh dengan persaingan yang ketat. Denagn menghalalkan segala cara, yang paling utama bagi orang bisnis adalah bagaimana bisa menang. Itu berarti etikatidak punya tempatdan tidak relevan untuk kegiatan bisnis.
Kedua, aturan yang dipakai dalam permainan penuh persaingan itu berbeda dari aturan yang ada dan dikenal dalam kehidupan sosial pada umumnya. Karena itu bisnis tidak bisa dinilai dengan aturan moral dan sosial.
Ketiga, orang bisnis yang masih mau mematuhi aturan moral akan ada dalam posisi yang tidak menguntungkan ditengah persaingan ketat tersebut. Orrang yang masih memperhatikanetika dan moralitasakan kalah, merugi, dan tersingkir dengan sendirinya.
Kesimpulannya, bisnis dan etika adlah dua hal dua hal yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Bahkan sebagaimana diungkapakan salah satu argumen diatas, etika justru bertentangan dengan bisnis yang ketat. Maka orang bisnis tidak perlu memperhatikan imbauan-imbauan, norma- norma, dan nilai- nilai moral. Kegiatan bisnis adalah kegiatan manusia bisnis dan memang tepat pada tempatnya untuk dinilai dari sudut pandang baik buruknya tindakan manusia, persis sama seperti semua kegistan manusia lainnya juga dinilai dari sudut pandang amoral.
Iklim bisnis dewasa ini menuntut para pelaku bisnis untuk mampu mengelola bisnisnya sosial yang tanggap dalam relasi terhadap kebutuhan dan tanggapan masyarakat. Ada kesadaran yang semakin kental bahwa kalau mau berhasil, orang bisnis harus tanggap pada kebutuhan masyarakat. Atas dasar ini bisnis yang berhasil juga sebagian besar ditentukan dan diukur berdasarkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat itu, termasuk nilai dan norma moral. Sasaran dari etika bisnis yang jarang disinggung adalah untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh, karyawan, dan masyarakat. Pada tingkat etika bisnis ini berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar