Kamis, 01 April 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun mendatang diperkirakan akan jatuh secara tajam ke level 3,7 persen. Dapat terlihat bahwa, tidak ada satu negara pun yang kebal krisis keuangan global yang melanda dunia. Pertumbuhan pesat dalam investasi aset tetap yang telah dinikmati Indonesia sejak tahun lalu, juga akan menurun seiring dengan ketatnya likuiditas global. Maksudnya ketersediaan sumber pendanaan akan semakin sulit. Penurunan atas ekspor Indonesia juga akan berdampak kepada perekonomian. Serta mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengalami kesulitan pendanaan karena cadangan valuta asing menipis. Semua ini dapat kita lihat dari pasar modal dan utang yang sudah mulai terpengaruh krisis global, bersamaan dengan risiko yang muncul karena sejumlah besar surat utang negara yang dipegang oleh investor-investor asing. Namun untuk dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi Indonesia maka dari semua pihak harus saling mendukung misalnya, Banking sector harus stabil karena ini merupakan pilar utama perekonomian untuk bisa menggerakan sektor riil maka giliran Bank Indonesia menjaga tingkat suku bunga.
Jika kita lihat dari penjabaran keterangan diatas ternyata kita dapat melihat prospek untuk kedepannya bagaimana tentang perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia selanjutnya. Dari penjelasan diatas, kita ambil contoh semua negara yang tergabung di dalam BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China) mengalami strong rebound. Emerging markets Asia menjadi bintang pemulihan. Majalah Economist menjulukinya sebagai astonishing rebound. Indonesia termasuk di dalamnya, bersama-sama dengan China, Hongkong, Korea, dan Singapura. Industrial production dan ekspor merupakan dua indikator yang memberikan pertanda kuat. Hampir semua negara pengekspor utama dunia telah beringsut dari titik terendah. Satu-dua bulan sebelumnya telah terjadi untuk industrial production.
Hanya perekonomian Amerika Serikat yang tampaknya masih digelayuti oleh ketakpastian tinggi. Sekalipun pertumbuhan pada triwulan ketiga sudah positif, namun lebih rendah dari perkiraan. Angka pengangguran terus naik manjadi dua dijit (10,2 persen) pada bulan Oktober. Indeks keyakinan konsumen melemah kembali pada bulan September dan Oktober, setelah membaik pada bulan Agustus. Bisa dipahami, mengingat Amerika Serikat adalah pusat gempa krisis financial global, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk masa rekonstruksi, terutama bagaimana menyedot kembali likuiditas yang melimpah dan mengelola utang yang menggunung. Kita pun memiliki modal dasar tambahan dengan terkereknya daya saing versi International Institute for Management Development dalam publikasi tahunan terbarunya, World Competitiveness Yearbook. Satu-satunya sektor yang sangat memprihatinkan ialah industri manufaktur. Sektor ini terus mengalami perlambatan hingga mencapai titik terendah pada triwulan ketiga, dengan pertumbuhan hanya 1,3 persen. Sektor-sektor yang diperkirakan bakal mengalami akselerasi pertumbuhan adalah perdagangan, hotel dan restoran serta industri manufaktur. Penyumbang peningkatan kelompok pertama adalah perdagangan, sedangkan kelompok kedua adalah industri otomotif, semen, dan makanan & minuman. Peningkatan bisa lebih tinggi seandainya persoalan listrik bisa cepat teratasi dan pembenahan logistik lebih cepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar